Namaku adalah mariati. Yah beginilah kehidupanku, dengan hidup
kesendirian dalam kegelapan yang sangat terasa begitu pahit. Langkah demi
langkah aku tempuh agar aku bisa menemukan sesuap nasi dan mengasih makan
teman-temanku yaitu kucing pliharaanku yang berjumlah 11 ekor dan merekalah
yang selalu menjadi teman curhatku. Aku dilahirkan dikota ningrat yaitu kota
Yogyakarta pada tahun 1933 dan umurku sekarang beranjak 70 th. Aku 3 bersaudara
dimana aku menjadi anak terakhir dari kedua orang tuaku, anak pertama Mas, dan
kedua Mbak, dan yang terakhir aku. Selama orang tuaku masih hidup aku masih
hidup lebih dari cukup setelah orang tuaku meninggal aku bagaikan hidup sebatang kara masku sudah menikah dan
berkeluarga dan begitupun dengan mbakku. Umur 18 tahun setelah aku lulus
sekolah menengah keatas aku mendapat tawaran dari rekanku yang ada dijakarta
untuk mengikuti casting jika aku lolos akan menjadi artis terkenal tapi dalam
casting itu aku gagal karena saat casting aku disuruh menangis sedangkan aku
paling benci menangis karena dalam kamus kehidupanku semua pahitnya hidup harus
dihadapi dengan senyuman itu pesan dari Alm.Ayahku. disitulah aku mulai bingung
menjalani kerasnya hidup dijakarta aku bingung entah harus kemana lagi. Dan
akhirnya aku bertemu dengan produser music dangdut aku ditawari menjadi penyanyi
dangdut karena wajahku yang cantik dan suaraku yang sangat merdu. Akhirnya aku
menggeluti profesiku sebagai penyanyi dangdut, setiap ada yang request lagu pasti
ke aku bukan ketemanku yang lain. Dalam waktu 3 tahun aku bertemu dengan pemuda
sangat tampan dan kaya akhirnya dia melamarku, dia berkata “kalau kita sudah
menikah kamu tidak perlu lagi menyanyi dan menghibur orang lain, kamu hanya
untukku seorang” dan akhirnya aku menikah dengannya, hingga aku berumah tangga
dengan dia selama 5 tahun tetapi Allah SWT. Masih belum mengkaruniai seorang
momongan kepada kami, akhirnya keluarga dari suamiku membenci aku dan pada
akhirnya aku cerai. Setelah cerai aku kembali ke profesiku yang dulu yaitu
penyanyi dangdut. Delapan bulan aku menjanda dan aku kenal dengan seorang pria
yang sangat begitu sederhana tapi sangat berkharisma, sholeh, meskipun hidupnya
pas-pasan tapi entah kenapa aku jatuh hati dengan dia saat itu umurku 27 tahun
dia tau aku janda dan dia mau menerima
aku setulus hati apa adanya, tapi kejadian itu terulang lagi saat umur rumah
tangga kami berumur 10 tahun kami masih belum saja dikaruniai momongan sehingga
keluarga dari suamiku menolakku dan aku bercerai lagi. Saat itu umurku semakin
bertambah dan seperti sudah tidak mungkin lagi kalau aku melanjutkan profesiku
sebagai penyanyi dangdut, aku ingin mewujudkan cita-citaku menjadi seorang
artis, kesempatan itu datang lagi ada pencarian pemain film “casting” aku
mencoba ikut tapi nasib menolakku, dan aku gagal lagi untuk mewujudkan
cita-citaku itu. Kecewa pasti ada Cuma aku yakin suatu saat nanti aku akan
berhasil. Hingga akhirnya aku bingung mau tinggal bersama siapa lagi dijakarta
sedangkan aku tidak punya saudara satu pun dijakarta. Aku memutuskan untuk jadi
pembantu rumah tangga. Selama 7 bulan aku kenal dengan seorang duda yang
bekerja sebagai kuli bangunan dan akhirnya kami menikah tapi pernikahan kami
baru berumur jagung. lagi dan lagi aku diceraikan lelaki karena aku mandul.
Tapi aku tidak boleh sedih karena aku yakin rencana Allah pasti itu yang
terbaik. Aku memutuskan untuk pulang ke Yogyakarta kota dimana aku dilahirkan.
Ternyata Mas dan Mbakku sudah meninggal aku numpang hidup dengan keponakanku
yaitu anak dari Masku hingga 2 tahun aku numpang, ternyata keponakanku jenuh
juga denganku sehingga aku diusir dari rumah. Saat itu aku benar-benar bingung
harus tinggal dimana lagi karena aku sudah tidak punya saudara lagi, aku
menjadi pembatu dirumah orang kaya selama 8 tahun aku kerasaan kerja disana karena
tuan rumahku sangat baik kepadaku, tapi bertambahnya umurku yang lanjut aku
sudah tidak kuat bekerja lagi dan tuan rumahku sangat minta maaf kepadaku
karena tidak bisa melanjutkan menerimaku disana lagi. Akupun sadar akan umurku
yang terus bertambah akhirnya aku pergi dan bingung harus kemana lagi. Aku
menjadi glandangan dijalan, semua orang memandangku orang gila padahal aku
masih baik-baik saja mungkin karena pakaianku yang kumuh dan jorok. Saat aku
singgah diwarung makan, penjual itu berkata “mbah cantik, pasti dulu waktu muda
sangat cantik” lalu aku memberi senyuman manis kepada penjual nasi itu. Aku
melanjutkan perjalanku, mengikuti kemana langkah kaki ini akan berjalan terus
dan terus melangkah hingga akhirnya aku bertemu dengan temanku yang ngabdi
dikeraton daerah wonosari aku ngabdi disana selama 5 tahun bersama temanku saat
itu umurku semakin tua 58 tahun. Aku tulus ngabdi disana, serasa tidak ada
beban satupun yang aku miliki tapi entah kenapa aku mendapat musibah bertengkar
dengan temanku, akhirnya aku mengalah untuk pergi dari keraton itu. Disebelah
keraton ada makam atau pesarean para Raden Mas dan Raden Ayu “putra-putri
keraton” aku memilih untuk tinggal disana, aku minta izin dan aku
diperbolehkan. Dan disanalah aku tinggal dalam kegelapan tanpa penerangan
satupun karena kata juru kuncinya tidak boleh ada lilin atau apapun kecuali
malam jum’at. Dengan jalan kaki sepanjang 1-15 Km pun akan aku tempuh demi
sesuap nasi, rumah demi rumah aku datengi untuk mendapatkan recehan dan
makanan. Kucing ya itu teman keseharianku, aku memiliki 11 ekor kucing yang
selalu setia menemaniku dan menjagaku setia saat aku tertidur dalam kegelapan
itu, aku mencari sebungkus makanan bukan hanya untuk diriku melainkan untuk 11
temanku itu yaitu kucing. Waktu terus berjalan begitupun dengan umurku yang
terus bertambah. 8 tahun aku tinggal ditempat itu, setiap saat aku selalu
terfikirkan dengan cita-citaku yang ingin sebagai artis meskipun aku sudah tua
seperti ini tapi aku yakin semua itu akan terwujud entah kapan, dan waktu yang
akan menjawab itu semua. 70 tahun umurku saat ini, wajah cantik dan kulit halus
kini menjadi kriput, gigi yang putih kini menjadi ompong, mata yang bersinar
kini menjadi cekung. Belas kasih dari seseorang umat yang ikhlas mengasihi aku
yang akan membuat hidupku menjadi bertahan hidup hingga seperti saat ini dan
hingga akhirnya aku menutup mata dengan senyuman yang sangat manis karena
mendapat santunan yang sangat begitu membuatku bahagia. Terima ya Allah selama
hidupku engkau selalu menemani aku, dalam kerasnya hidupku kau selalu ada
disampingku, dalam gelapnya jalan dan mataku kau selalu meneranginya, dalam
kotor dan baunya diriku kau selalu memancarkan dan mengharumkanku, dalam
buruknya rupaku dan celaan itu kau selalu menilaiku yang terindah, dalam
pahitnya kehidupan yang aku rasakan kau selalu membuat manis sehingga aku
selalu bersyukur dan tersenyum kepadamu dan tentunya kepada semua orang. Dan
senyuman itu kini akan abadi untuk selamanya J.
*Diangkat dari kisah nyata dan
ditulis 25 februari 2013
Terima Kasih Mbah Mariati yang telah memberi inspirasi kepada saya
Regard's Enda Moedjiati